Anda berniat membuka usaha tapi
bingung dari mana mulainya , dari mana modalnya, dimana tempatnya dan
sebagainya? Kalo kebanyakan mikir kapan dimulainya itu usaha. Itulah cara
berpikir dengan otak kiri memulai usaha dengan menghitung kelayakan, mengamati pesaing,
menguasai teknis, mengumpulkan modal, mencari lokasi, mencari karyawan, mencari
alat-alat, memulai usaha, memasarkan produk dan kalau berhasil, baru sedekah.
Padahal kalo memakai otak kanan bukan
begitu caranya, yang diajarkan oleh otak kanan. cukup sedekah, memasarkan
produk, dan memulai usaha. Selesai! Yang lain, nyusul. Jadi, jauh lebih cepat, jauh lebih hemat, dan tepat
sasaran. Iya’kan? Sudahlah, pokoknya Anda harus mengangguk. Bukan itu saja.
Yang paling penting, urusan modal dan lokasi tidak lagi jadi kambing hitam
dalam memulai usaha. Percayalah, mencari kambing hitam itu tidak baik. Kalau
mencari kambing kurban, nah, itu baru baik. Hehehe!
Masih penasaran dengan dalih-dalih
orang kiri? Simak saja dan lihatlah bagaimana Golongan Kanan mematahkan dalih-
dalih itu dengan sekali sambar.
·
Kata si kiri, “Punya modal dulu, ntar baru
bisa buka usaha.”
·
Balas si kanan, “Pakai modal orang lain ‘kan
bisa!” atau “Pakai brosur dulu ‘kan bisa!”
·
Kata si kiri, “Studi kelayakan dulu, ntar baru
buka usaha.”
·
Balas si kanan, “Buka usaha dulu, ntar baru
usahanya dilayakkan!”
·
Kata si kiri, “Makanannya enak dulu, ntar baru
ramai.”
·
Balas si kanan, “Dibikin ramai saja dulu, ntar
kesannya enak!”
·
Kata si kiri, “Barangnya bagus dulu, ntar baru
dijual mahal.”
·
Balas si kanan, “Di jual mahal saja dulu, ntar
kesannya bagus!”
·
Kata si kiri, “Omzetnya besar dulu, ntar baru
bisa terkenal.”
·
Balas si kanan, “Dibikin terkenal saja dulu,
ntar omzetnya bisa besar!”
·
Kata si kiri, “Sekolah tinggi-tinggi dulu,
ntar baru bisa sukses.”
·
Balas si kanan, “Belajar formal secukupnya
saja. Terus, perbanyak belajar informal. Dengan gitu, baru bisa sukses!”
·
Kata si kiri, “Kami bangga dengan gelar
kesarjanaan.”
·
Balas si kanan, “Kami bangga dengan gelar
barang dagangan!” Maksudnya, menggelar barang dagangan”
·
Kata si kiri, “Mau kreatif, yah, baca buku
teks dulu.”
·
Balas si kanan, “Mau kreatif, baca kitab 13 Wasiat Terlarang dulu!” Hehehe!
Jadi,
boleh urut, boleh tidak. Yang penting, urut itu tidak menjadi suatu
keharusan.Satu-satunya orang yang harus urut adalah tukang urut! Hehehe!
Tulisan ini sebagian banyak (katanya sebagian tapi kok banyak,, hhe abaikan)
diambil dari buku karya Ippho Santosa “7 Keajaiban Rezeki”
Source : Buku 7 Keajaiban Rezeki Karya Ippho Santosa
Comments
Post a Comment