Saat akan menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS) biasanya
para siswa akan diberi kisi-kisi oleh guru mereka (meskipun tidak semua guru
memberikan kisi-kisi) ini dimaksudkan agar mempermudah murid mereka dalam
menjawab soal yang akan diberikan. Tapi mengapa hanya saat akan menghadapi
UJian Akhir Semester saja para guru memberikan kisi-kisi soal ujian sedangkan
saat ulangan harian atau Ujian Tengah Semester tidak diberi kisi-kisi?
Dalam buku Born To Be
A Genius karya Adi W. Gunawan ada pembahasan yang cukup menarik yaitu “Berikan Soalnya Di Depan, Baru Diuji
Belakangan” Ide ini mungkin dianggap sebagai ide yang gila dan tidak sesuai
dengan norma pendidikan formal. Namun ide ini perlu dipertimbangkan dengan
serius. Ini berangkat dari pemikiran bahwa tes hanyalah alat bantu untuk
mengetahui apakah murid mengerti atau tidak dengan apa yang sudah diajarkan dan
bukan sebagai label.
Jika ujian bertujuan demikian, maka mengapa kita tidak
berpikir terbalik? Dalam bukunya yang terkenal, 7 Habits of Highly Effective People, Steven R. Covey mengatakan
bahwa kita harus memulai dari akhir. Mengapa kita tidak memberikan daftar soal
yang akan ditanyakan pada waktu ujian? Daftar soal ini berisi hal-hal yang
harus dipelajari dan dimengerti oleh murid. Jadi, selama semester berjalan,
murid mempelajari semua materi yang berhubungan dengan ujian tersebut. Saat
ujian, bila ternyata semua murid bisa menjawab dengan benar, dan semua mendapat
nilai 10, maka ini berarti materi telah berhasil diajarkan dan murid telah
berhasil menguasai.
Hal ini juga dilakukan oleh Ken Blanchard, penulis buku
laris The One Minute Manager. Ken Blanchard memberikan semua soal yang akan dia
tanyakan saat ujian. Dan selama semester itu dia dan mahasiswanya membahas dan
mempelajari materi yang berkenaan dengan bahan ujian. Hasilnya, semua muridnya
lulus dengan nilai A. Ada temannya sesame dosen yang memprotes apa yang dia
lakukan, tapi Ken Blanchard mempunyai alasan sendiri. Katanya, “Kalau memang
kita mau menguji suatu topik, ini berarti kita berharap murid mengerti apa yang
diuji dan mereka diharapkan bisa lulus. Kalau memang begitu, mengapa kita tidak
mengajarkan saja apa-apa yang akan diuji? Kalau murid berhasil menjawab apa
yang ditanyakan dengan benar, maka ini berarti kita telah berhasil mengajarkan
materi tersebut.” Satu pemikiran yang lain dan keluar dari pakem, tetapi sangat
benar dan perlu direnungkan dan kalau perlu dicoba.
Comments
Post a Comment