Memilih hidup dengan gengsi atau bergengsi terkadang adalah
hal yang berbeda, bahkan terkesan berbalikan.
Putu Putrayasa, pendiri perguruan tinggi termuda CEO of
STIEBBANK dalam buku karyanya yang berjudul “88 Tips Finansial MengHEBATkan
Diri” menyebutkan bahwa beliau pernah menawarkan pekerjaan kasar, seperti
menjadi kuli bangunan dan tukang taman, kepada mahasiswa STIEBBANK, ternyata
hanya beberapa orang yang mau mengambil kesempatan tersebut. Apa alasan mereka?
Bisa ditebak. Tidak banyak yang bekerja dan berlelah-lelah secara fisik dan
berpanas-panas dengan penghasilan yang tidak banyak.
Alasan lain dan mungkin bahkan yang utama adalah gengsi,
malu sama teman-teman, apa kata mereka kalau sampai menjadi kuli bangunan?
Kayanya sepertinya hidup sudah tidak ada pilihan lain, kok sampai jadi kuli
bangunan.
Di STIEBBANK, untuk melatih seseorang menjadi pengusaha
tidak cukup hanya diberi keterampilan fisik, tapi harus diberi keterampilan
mengelola emosional, perasaan malas, malu, dan gengsi kerap menjadi penghambat
kemajuan seseorang.
Putu Putrayasa pun bercerita saat utang-utang menumpuk di
perusahaan, beliau nyaris tidak memiliki pilihan lain. Pada saat kondisi
seperti itu, beliau berani dan harus memberanikan diri menjalankan profesi
sebagai wiausaha MLM yang singkatannya saja sudah “Mendengar Langsung Muntah”
(MLM).
Beliau beruntung tidak gengsi-gengsi melakukan sesuatu
bisnis atau profesi sepanjang itu halal. Beliau pernah menjadi kuli bangunan,
sales, agen asuransi, distributor MLM. Dari pada gengsi-gengsi lebih baik
memilih hidup yang bergengsi. Kalau mau hidup bergengsi, maka tanggalkan gengsi
jauh-jauh dari diri kita.
Jadi bagaimana dengan kalian? Apakah ingin memilih gengsi
atau bergensi?
Comments
Post a Comment